Kisah Penghuni Surga Yang Tidak Pernah Shalat Sekalipun
Penghuni surga yang tidak pernah shalat sekalipun, apa yang ada dibenak anda mendengar kata itu?. Namun itulah hidayah, ia menyapa manusia disaat yang tidak disangka-sangka. Dan apabila hidayah itu telah menyapa manusia maka tidak ada yang bisa merubahnya dan tidak pula menghentikannya.
Karena hidayah milik Allah, dan diberikan kepada siapa yang ia kehendaki. Allah berfirman:
Dan inilah kisah seorang hamba Allah yang padanya Allah curahkan hidayah dalam sanubarinya. Dan juga sebagai bukti bahwa mati itu tidak kenal ruang dan waktu. Ia akan datang kapanpun dan dimanapun. Maka sebaik-baik kita adalah
Diriwayatkan dari Ibnu Sufyan maula Ibnu Abi Ahmad bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meminta kepada para sahabat dan berkata, "Ceritakan kepadaku mengenai kisah seseorang yang masuk Surga padahal belum pernah shalat sekali pun sepanjang hidupnya!" Ternyata para sahabat tidak ada yang mengetahui.
kan tetapi para sahabat balik bertanya, "Siapakah dia?" Abu Hurairah menjawab, "Ushairim Bani Abdul Asyhal ‘Amr bin Tsabit bin Waqsy."
Ushairin Bani Abdul Asyhal adalah seorang musyrikin. Sebelum cahaya kebenaran masuk ke dalam hatinya, ia adalah sosok manusia yang permusuhannya terhadap Islam sungguh sangat besar. Ia berusaha mengajak dan mempengaruhi kaumnya untuk menentang Nabi Muhammad untuk tidak masuk ke agamanya, bahkan ia mengina dan mengejek serta menjelek-jelekkan Nabi Muhammad dengan sebutan-sebutan yang kurang enak didengar telinga.
Al-Hushain berkata, "Aku bertanya kepada Mahmud bagaimana kehidupan Ushairim sebelumnya?" Mahmud menjawab, "Sebelumnya dia enggan memeluk Islam sebagaimana kaumnya, namun kemudian ia masuk Islam".
Ia masuk Islam di pagi hari, kemudian bersyahadat. Kemudian bertanya kepada Rasulullah untuk melaksanakan shalat, namun waktu shalat belum tiba. Kemudian dia diajak untuk berjuang membela nama Allah dan iapun berangkat. Ia mengambil pedang dan berangkat menuju medan perang. Dia menyerang dan memberikan perlawanan sehingga terluka di beberapa bagian tubuhnya, dan syahid.
Tatkala orang-orang dari Bani Abdul Asyhal mencari para korban dalam peperangan ini, mereka mendapati Ushairim. Mereka bertanya, 'Ini jasad Ushairim, apa yang menyebabkan dia datang dalam peperangan ini? Bukankah dia tidak berkenan ikut serta dalam peperangan ini?'
Mereka mempertanyakan status Ushairim sehingga berada dalam pertempuran ini, 'Wahai Amr, apa yang menyebabkan kamu berada di sini. Karena setia kepada kaummu ataukah simpati kepada Islam?'
Amr menjawab, 'Karena cintaku terhadap Islam, aku telah beriman kepada Allah dan Rasulullah, kemudian aku angkat senjataku dan aku berperang, sehingga keadaanku seperti ini.' Ushairim meninggal dunia di tengah-tengah kaumnya, kemudian mereka memberitahukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya dia termasuk penghuni Surga'."
Inilah Uhsairim, belum 24 jam keislamannya namun syahid terlebih dahulu mendahuluinya daripada waktu shalat. Ia menjadi penghuni surga yang dahinya belum pernah menyentuh tanah untuk bersujud memuliakan Allah. Namun ia telah mengorbankan jiwanya untuk membela kemuliaan Islam.
Ini bukan soal ia tak pernah shalat namun masuk surga. Tapi ini persoalan bahwa ajal tidak pernah dapat diduga. Kita tidak dapat memastikan kapan kita meninggal. Bisa jadi kita yang selama ini beribadah dengan sungguh-sungguh namun takdir mendahului, kita berbuat maksiat dan dimatikan dalam bermaksiat. Ataupun sebaliknya.
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: "ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Bad’ul Khalq)
Suatu hal yang sangat dahsyat bagi siapa yang dikehendaki-Nya untuk meraih kemuliaan hidayah Allah yang sangat mahal itu, dan tidak ada seorang pun yang bisa untuk menolak dan menghentikannya. Apabila Allah sudah berkehendak.
Perjalanan hidup seseorang siapapun dia pasti selalu dibatasi oleh kematian, dan sebaik-baik kematian adalah mati syahid di jalan Allah.
Sumber: As-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 3/40 dalam alsofwah.or.id, dan suara-islam.com oleh Ust. Bernard Abdul Jabbar
Karena hidayah milik Allah, dan diberikan kepada siapa yang ia kehendaki. Allah berfirman:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).Seharusnya kita menjadi hamba-hamba yang ingin mendapatkan hidayah Allah. Orang yang ingin mendapatkan hidayah Allah nampak dalam pribadi dan kesehariannya untuk mengemis ridhanya.
Dan inilah kisah seorang hamba Allah yang padanya Allah curahkan hidayah dalam sanubarinya. Dan juga sebagai bukti bahwa mati itu tidak kenal ruang dan waktu. Ia akan datang kapanpun dan dimanapun. Maka sebaik-baik kita adalah
Diriwayatkan dari Ibnu Sufyan maula Ibnu Abi Ahmad bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meminta kepada para sahabat dan berkata, "Ceritakan kepadaku mengenai kisah seseorang yang masuk Surga padahal belum pernah shalat sekali pun sepanjang hidupnya!" Ternyata para sahabat tidak ada yang mengetahui.
kan tetapi para sahabat balik bertanya, "Siapakah dia?" Abu Hurairah menjawab, "Ushairim Bani Abdul Asyhal ‘Amr bin Tsabit bin Waqsy."
Ushairin Bani Abdul Asyhal adalah seorang musyrikin. Sebelum cahaya kebenaran masuk ke dalam hatinya, ia adalah sosok manusia yang permusuhannya terhadap Islam sungguh sangat besar. Ia berusaha mengajak dan mempengaruhi kaumnya untuk menentang Nabi Muhammad untuk tidak masuk ke agamanya, bahkan ia mengina dan mengejek serta menjelek-jelekkan Nabi Muhammad dengan sebutan-sebutan yang kurang enak didengar telinga.
Al-Hushain berkata, "Aku bertanya kepada Mahmud bagaimana kehidupan Ushairim sebelumnya?" Mahmud menjawab, "Sebelumnya dia enggan memeluk Islam sebagaimana kaumnya, namun kemudian ia masuk Islam".
Ia masuk Islam di pagi hari, kemudian bersyahadat. Kemudian bertanya kepada Rasulullah untuk melaksanakan shalat, namun waktu shalat belum tiba. Kemudian dia diajak untuk berjuang membela nama Allah dan iapun berangkat. Ia mengambil pedang dan berangkat menuju medan perang. Dia menyerang dan memberikan perlawanan sehingga terluka di beberapa bagian tubuhnya, dan syahid.
Tatkala orang-orang dari Bani Abdul Asyhal mencari para korban dalam peperangan ini, mereka mendapati Ushairim. Mereka bertanya, 'Ini jasad Ushairim, apa yang menyebabkan dia datang dalam peperangan ini? Bukankah dia tidak berkenan ikut serta dalam peperangan ini?'
Mereka mempertanyakan status Ushairim sehingga berada dalam pertempuran ini, 'Wahai Amr, apa yang menyebabkan kamu berada di sini. Karena setia kepada kaummu ataukah simpati kepada Islam?'
Amr menjawab, 'Karena cintaku terhadap Islam, aku telah beriman kepada Allah dan Rasulullah, kemudian aku angkat senjataku dan aku berperang, sehingga keadaanku seperti ini.' Ushairim meninggal dunia di tengah-tengah kaumnya, kemudian mereka memberitahukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya dia termasuk penghuni Surga'."
Inilah Uhsairim, belum 24 jam keislamannya namun syahid terlebih dahulu mendahuluinya daripada waktu shalat. Ia menjadi penghuni surga yang dahinya belum pernah menyentuh tanah untuk bersujud memuliakan Allah. Namun ia telah mengorbankan jiwanya untuk membela kemuliaan Islam.
Ini bukan soal ia tak pernah shalat namun masuk surga. Tapi ini persoalan bahwa ajal tidak pernah dapat diduga. Kita tidak dapat memastikan kapan kita meninggal. Bisa jadi kita yang selama ini beribadah dengan sungguh-sungguh namun takdir mendahului, kita berbuat maksiat dan dimatikan dalam bermaksiat. Ataupun sebaliknya.
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: "ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Bad’ul Khalq)
Suatu hal yang sangat dahsyat bagi siapa yang dikehendaki-Nya untuk meraih kemuliaan hidayah Allah yang sangat mahal itu, dan tidak ada seorang pun yang bisa untuk menolak dan menghentikannya. Apabila Allah sudah berkehendak.
Perjalanan hidup seseorang siapapun dia pasti selalu dibatasi oleh kematian, dan sebaik-baik kematian adalah mati syahid di jalan Allah.
Sumber: As-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 3/40 dalam alsofwah.or.id, dan suara-islam.com oleh Ust. Bernard Abdul Jabbar
Tidak ada komentar: